Sunday, November 11, 2007

"Sekali merdeka, tetap merdeka"

Hari Pahlawan bagi DWP KBRI Roma merupakan hari penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, karenanya untuk menghormati hari tersebut tidak segan-segan sedari pagi Ibu-ibu sudah mempersiapkan pakaian nasional untuk mengikuti upacara bendera.
Hari Pahlawan Nasional ke-62 yang jatuh pada hari libur kerja, Sabtu, tanggal 10 November 2007, di lingkungan KBRI Roma diperingati dengan melaksanakan Upacara Bendera di ruang Centralino KBRI Roma pada pukul 10 pagi hari Senin tanggal 12 November 2007. Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-62 tersebut diikuti oleh seluruh warga KBRI Roma beserta masyarakat Indonesia yang berada di Italy. Pada upacara peringatan Hari Pahlawan kali ini bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Bapak Artanto Salmoen Wargadinata. Sedangkan tema Peringatan Hari Pahlawan tahun ini adalah ”Dengan Semangat Kepahlawanan, Kita Mantapkan Wawasan Kebangsaan Dalam Mewujudkan Rakyat Sejahtera”.
Hari itu, 10 November 1945 merupakan hari ketika terjadi pertempuran paling dahsyat di Surabaya, ketika para pemuda beserta seluruh rakyat Surabaya menolak ultimatum Jendral Mansergh dari tentara Sekutu untuk menyerahkan semua senjata dan menjawab ultimatum tersebut dengan meningkatkan perlawanan secara besar-besaran, salah satu pimpinan perlawanan tersebut adalah Sutomo, dikenal sebagai Bung Tomo.
Sebelumnya pada tanggal 1 oktober 1945 Markas Besar Tentara Jepang di Surabaya sudah menyerah kepada Tentara Rakyat Indonesia setelah bertempur antara tentara Jepang dan rakyat.Pada tanggal 15 oktober 1945 tentara Inggris (dengan Ghurkanya) yang diboncengi tentara Belanda mendarat di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Medan dan tempat-tempat lain. Mereka diperintahkan oleh tentara Sekutu, yang menang Perang Dunia II (1938-1945), untuk menerima penyerahan dari Jepang. Panglima tentara Inggris mengumumkan bahwa mereka mewakili Sekutu untuk melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan, tidak akan mencampuri soal politik. Namun, tentara Belanda yang berkedok sebagai tentara Inggris melakukan penembakan-penembakan dan pembunuhan terhadap rakyat Indonesia. Tawanan bekas KNIL (Koninklijke Nederlands-Indische Leger) dipergunakan kembali oleh Belanda untuk melakukan terornya menghadapi rakyat Indonesia. Namun Rakyat Indonesia sudah bertekad bulat membebaskan diri dari kekuasaan asing. Dengan semboyan-semboyan "Sekali merdeka, tetap merdeka", "lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah", Merdeka atau mati". Tanpa komando, tetapi berdasarkan kesadaran dan keyakinan, seluruh rakyat bergolak mempertahankan kemerdekaan tanahairnya.